RSS

Bersama Blasman, Tirta Yatra Ke Lombok

23 Jul
Salah satu Pura ter-eksotis yang menjadi kebanggaan umat Hindu di Lombok

Pura Batu Bolong Lombok, salah satu Pura ter-eksotis menjadi kebanggaan umat Hindu di Lombok

Sesungguhnya melakukan tirta yatra (perjalanan ke tempat suci Hindu) ke sejumlah Pura di Lombok sudah pernah saya lakukan sebelumnya.  Tetapi tirta yatra ke Lombok kali ini agak berbeda, karena saya sebagai guru baru pindahan ke SMAN 1 Blahbatuh, kegiatan tirta yatra kali ini adalah bermakna special bagi saya. Sebagai orang baru di SMAN 1 Blahbatuh, tentu membutuhkan banyak waktu untuk memperkenalkan diri lebih dekat dengan guru dan pegawai di SMAN 1`Blahbatuh. Dengan ikut kegiatan tirta yatra selama 2 hari, hampir semua guru pegawai plus keluarganya yang ikut tirta yatra jadi cepat kenal. Saya bersyukur dapat ikut tirta yatra bersama warga SMAN 1 Blahbatuh atau dikenal dengan sebutan Blasman.

Kegiatan tirta yatra ke Lombok telah direncanakan jauh-jauh hari oleh guru-guru. Cuma karena saya guru baru, saat dilakukan kegiatan workshop guru menyusun karya tulis pada 1 – 3 Juli 2011 saya mendaftar untuk  tirta  yatra ke Lombok tanggal 10 s.d 11 Juli 2011.

Menggunakan 3 bus, seluruh peserta 150 orang terdiri atas guru-pegawai plus masing-masing 1 orang suami atau istri atau anak-anaknya. Pengurus komite juga diundang. Pagi pukul 06.00 seluruh peserta wajib kumpul di depan sekolah SMAN 1 Blahbatuh, ternyata ada beberapa peserta yang sudah terfatar tidak hadir.

Bagaimana serunya kisah perjalanan ke Lombok?

Bus berangkat dari Blahbatuh pukul 06.30 melwati jalan utama Gianyar, Klungkung, tiba di pelabuhan Padang Bay pukul 07.30. Hanya menunggu 30 menit, bus sudah masuk ke lambung kapal ferry yang mengantar rombongan selama 4 jam menyeberang selat Bali. Tiba di pelabuhan Lembar jam menunjukkan pukul 08.00. Bus melaju ke kota Mataram dipandu seorang tour Leader kelahiran Lombok asli Karangasem bernama Bima menjelaskan sekelumit tentang sejarah Pura yang akan dikunjungi. Di antaranya Pura Narmada, Pura Suranadi, dan Pura Lingsar.  Pura  Pancaka, Pura Gunung Sari, Pura Majapait, dan Pura Batu Bolong.

Rombongan makan siang di Hotel tempat menginap bernama Hotel Harum Jaya di jalan Pancaka tidak jauh dari kampus STAH dan Pura Pancaka. Karena perut kosong, ketika dipersilahkan makan, rombongan rebutan makanan seperti pengungsi korban tsunami.  Usai makan, dibagikan kamar hotel. Sayan dapat bagian kamar nomor 302 bersama Kadek Yudi dan Dewa Adi. Kondisi hotel yang mirip hotel melati di Bali.  Air di kamar mandi ngadat. Lampu kamar lampu neon 5 Watt tidak menyala, chuk untuk chas hp tidak ada. Bau kamar hotel pengap. Semua menunjukkan kamar hotel di lantai III itu jarang laku. Belakangan pegawai hotel datang bawakan handuk dan sabun.

Sekitar pukul 15.00 rombongan yang sudah siap berpakaian adat meluncur menuju Pura Narmada. Menurut pemandu, nama Narmada sesungguhnya bernama pura Klesa di desa Narmada. Tetapi lazimnya warga Lombok nama desa lokasi Pura sering digunakan untuk nama Pura, sehingga pura Klesa lebih dikenal dengan nama Pura Narmada. Perjalanan menuju Pura Narmada terganggu karena pas di depan kantor Wali Kota Mataram terjadi kebakaran RSU Mataram di ruang Poliklinik. Terpaksa diambil jalan alternative sehingga agak lambat tiba di Pura Narmada. Langit agak mendung. Usai sembahyang di Pura Klesa, rombongan hendak melukai di mata air awet muda bagian bawah pura Klesa, hujan benar-benar mengguyur. Pedagang cendera mata yang menyerbu rombongan kalang kabut menyelamatkan barang dagangannya.  Pura Narmada adalah simbolik dari Gunung Rinjani. Zaman kerajaan dimana Lombok dikuasai Anak Agung Raja Karangasem tidak cukup kuat ke gunung Rinjani. Karenanya dibangun Pura Narmada dengan design ada gunung (Pura Klesa) dan danau berupa telaga dengan sumber mata air awet muda.

Menunggu hujan reda, tapi tak kunjung reda, rombongan kembali ke bus melanjutkan perjalanan ke Pura Suranadi yang jaraknya sekitar 20 km dari Narmada. Di Suranadi kebetulan ada pemadaman listrik sehingga menjelang petang kondisi Pura benar-benar gelap. Tidak dapat dilihat pemandangan pura. Menunggu pemangku maatur-atur cukup lama karena ada pemedek lain sebelumnya. Waktu menunjukkan pukul 19.00  rombongan usai sembahyang dan nunas tirta dan bija kembali ke bus, listrik baru menyala. Pura Suranadi disebut juga Pura Dang Kahyangan karena dibangun oleh Danghyang Dwijendra atau Danghyang Nirarta saat beliau melakukan perjalanan suci menyebarkan agama ke Lombok hingga ke Sumbawa.

Rombongan melanjutkan perjalanan ke Pura Lingsar. Lokasinya sekitar 15 km dari Pura Suranadi.  Pura Lingsar Lombok menunjukkan ada akulturasi antara Hindu dan Islam. Terbukti ada keyakinan warga muslim di sekitar Pura Lingsar yang melakukan sembahyang 3 kali sehari seperti Hindu. Tidak terlalu banyak informasi yang disampaikan pemandu tentang Pura Lingsar.  Di Pura Lingsar, rombongan bertemu dengan rombongan pedagang Gianyar yang makemit di Pura Lingsar.  Sekitar pukul 20.30 usai sembahyang, rombongan menuju rumah makan Gading. Kembali seperti korban tsunami, rombongan rebutan makanan.  Usai makan kembali ke hotel.

Senin, 11 Juli 2011 pagi pukul 08.00 usai sarapan di hotel sekaligus cek out, rombongan menuju ke Pura Pancaka sekitar 1 km dari hotel. Pura Pancaka awalnya dibangun oleh Bimas Hindu bersamaan dengan dibangun sekolah PGAH selanjutnya menjati STAH. Sekitar pukul 09.00 rombongan meluncur ke Pura Gunung Sari di desa Gunung Sari menempuh perjalanan sekitar 30 menit. Pura Gunung Sari menurut pemandu adalah lokasi moksah Anak Agung Raja Karangasem penguasa Lombok kala perang melawan Belanda.  Raja menghilang di Gunung Sari bersama kuda yang ditunggangi. Banyak warga kadang-kadang mendengar suara kuda meringkik atau suara pertempuran.

Tidak jauh dari Pura Gunung Sari ada pura Majapait, hanya berjalan kaki sekitar 100 meter, rombongan sembahyang di Pura Majapahit. Sekitar pukul 11.00 rombongan berangkat ke Pura Batu Bolong.  Menempuh perjalanan sekitar 30 menit (20 km) dari Gunung Sari di pinggir pantai dekat dengan Senggigi pinggir pulau Lombok bagian Barat. Di Pura Batu Bolong menatap ke arah barat tampak puncak gunung Agung di kejauhan. Pura Batu Bolong dibangun di atas batu karang pantai oleh Danghyang Nirarta. Karena areal duduk untuk sembahyang sangat sempit, rombongan bergiliran masuk pura. Persembahyangan di atar pemangku setempat, dilanjutkan dengan makan siang di wantilan Pura précis menghadap ke hamparan laut. Di sana ada sejumlah turis main sky boat.

Pura Batu Bolong sebagai pura terakhir yang dikunjungi, sebelum ke pelabukan Lembar, rombongan singgah ke Pasar Sweta belanja oleh-oleh khas Lombok seperti kangkung, terasi, krupuk kerbau, telor asin. Sedangkan cendera mata seperti mutiara dan baju dapat di beli di hotel atau jaba pura dimana pedagang mengejar bus rombongan kemanapun pergi. Keluar dari Pura, pedagang sudah menggelar dagangannya di sana.

 
2 Komentar

Ditulis oleh pada Juli 23, 2011 inci Berita Aktual

 

2 responses to “Bersama Blasman, Tirta Yatra Ke Lombok

  1. pande komang saputra

    Agustus 24, 2011 at 11:54 am

    Behhhhhh..,,,,
    knp osis gg bz ikut pak??????

    Padahal kmi kan kepengen jg<<
    😦
    he

     
    • nymsudana

      Agustus 25, 2011 at 1:36 am

      Yang mengatur Kepsek, mungkin tahun-tahun berikutnya akan diprogramkan tirta yatra utk siswa bersama guru ke Lombok

       

Tinggalkan komentar